Sore itu tidak seperti
biasanya bagi anak-anak IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) karena sekumpulan
kader berkumpul didepan gedung Rektorat baru sekitar jam 02:00 P.M.
Eh….!! Jagan salah
tafsir yach mereka bukan mau demo lho….
Diantara mereka ada
yang membawa tas, air galon, kompor, beras, sayur, minyak tanah, perangkat tenda
dan lain-lain. Mereka juga bukan lagi mau demo masak lho akan tetapi mereka semua
hendak melaksanakan Tadabbur alam, makanya mereka semua membawa perlengkapan
banyak-banyak termasuk saya sendir Ghitu
L0x …
Cuaca pada saat itu kelihatan tidak
bersahabat maklum lagi musim hujan. Langit tak menampakan cerahnya dan sebaliknya disinggah sana
terlihat kumpulan awan hitam. Nampaknya sore itu akan terjadi hujan namun
sebaliknya situasi tersebut tak menjadi masalah bagi kami.
Kegiatan Tadabbur Alam
diadakan selama sehari tepatnya tanggal 31 Desember 2008 sampai dengan 1
januari 2009. Namanya juga berkaitan dengan alam tentu suasananya harus menyatu
dengan alam dunk guys. Kami rencananya ingin mengadakan acara perenungan yang
berhubungan dengan betapa indahnya ciptaan Tuhan yang dikaruniakan pada kita
mahluknya. Selain itu ada juga kegiatan lain yang tidak kalah menariknya
sebagai penyemarak suasana dilokasi kegiatan tersebut. Kegiatan ini sebenarnya
diadakan digunung Sesaot namun karena berbagai pertimbangan serta cuaca yang
tidak memungkinkan akhirnya kakak-kakak panitia memutuskan lokasinya digunung
Jai Narmada.
Sore menjelang tampak dua bemo
kuning berjejer didepan mesjid kampus UMM (Universitas Muhammadiyah Mataram) yang
bersiap mengantarkan kami ketempat tujuan. Berbagai perlengkapan sebelum
dimasukan kedalam mobil dicek satu persatu agar tidak ada yang ketinggalan
karena tempat yang akan kami lalui cukup jauh dari pusat perbelanjaan.
Selanjutnya barang-barang tersebut dimasukkan kembali kedalam mobil. Semua dari
kami saling membantu menata barang-barang tersebut. Senang banget, suasana
kebersamaan tampak jelas diraut wajah Immawan maupun Immawati. Mobil kami berada
paling depan dan diinstruksikan untuk jalan duluan sementara Immawan bergabung sesama Immawan menyusul
kami dari belakang.
“Ayolah..ayo…ayo…
“Derap derupkan
langkah dan kibar geleparkan panji-panji Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah”
“Sejarah ummat telah menuntut
bukti……”
Itulah penggalan lagu
perjuangan yang dinyanyikan oleh salah seorang Immawati didalam mobil ketika perjalanan
kami berlangsung. Tidak hanya itu ada yang bercerita lucu, telponan bahkan ada
yang hanya diam sembari melihat sisi kanan kiri jalan. Kegembiraan menyelimuti
perasaan mereka, jikalau bisa disulap rasanya mereka ingin langsung sampai
ditimpat tujuan, penasaran nih!!.
Asyik sich asyik, belum
sampai ditempat tujuan hujan tiba-tiba mengguyur mobil yang kami tumpangi dan
dalam sekejap suasana dingin menyelimuti. Keadaan menjedi heboh banget
ketika sopir mobil bertanya pada kami “jalan kemana nih mbak?” kami
terdiam kemudian tertawa pelan rupanya sopir bemo yang kami tumpangi tak tahu
sekaligus tidak hafal jalan. Lucu kan??? So kita deh yang jadi sopirnya bedanya
saja kita hanya menunjukan jalan sementara dia hanya menggerakan setirnya.
Hehehe…
Bukan hanya itu hujan
semakin deras hingga kaca-kaca mobil tertutup kabut, kasihan banget sopirnya
kagak bisa melihat jalan tapi untung Immawati yang duduk didepan bisa bantuin
lap kaca. “Jadi kernet deh…”tapi kagak apa-apa kudu sabar, kami ikhlas kok
sekalian saling membantu.
Wah..wah…wah ternyata
Immawati punya rasa solidaritas yang tinggi.
Banyak pengalaman sekaligus
tantangan yang kami dapatkan selama
perjalanan mana hujan, becek, nggak ada ojek nyasar lagi. Bayangkan saja selama
tiga kali mobil kita suruh bolak-balik. Katanya Immawan mobil kita nyasar
sehingga kita disuruh balik tetapi ditengah jalan kita bertemu pemandu jalan
yang biasa kita sapa “Abang Candra” beliau senior kita. Ia memerintahkan kami untuk balik lagi kedepan
katanya sich jalan yang kami lalui benar, demikian kejadiannya. Wah kita semua dibuat bingung
jadinya mana yang harus kita ikuti namun akhirnya kita putuskan mengikuti
penunjuk jalan saja. Syukur sopirnya tidak marah pada kita kalau nggak wah…!
bisa bahaya kita diturunin ditengah jalan.
Setelah melewati jalan yang berliku
dan memakan waktu yang cukup lama akhirnya kita hampir sampai namun jalan yang
kita lalui adalah turunan. Tidak tahu kenapa
tiba-tiba rem mobil kita blong sehingga kita hampir kepleset.
”Minggir…minggir…minggir teriak Immawati wiwin
pada Immawan Rudi dan sa’adudin yang berdiri didepan mobil kita. Rupanya mereka
ingin memberitahukan kepada kita bahwa kita sudah sampai namun mendengar
teriakan tersebut mereka langsung menyingkir dan membanting motornya. Waduh
pengalaman yang penuh tantangan, menakutkan, menegangkan yang membuat jantung
hampir copot. Itu tampak jelas dari raut wajah Immawati-immawati lain yang
kelihatan pucat keluar dari mobil. Kejadian tersebut tak berlangsung lama
karena kita tertawa geli setelah mendengar kabar kalau immawan yang ngatain
kita nyasar eh…tahunya mereka yang nyasar. He..he..he…………..!!!
Sesampai disana kupandangi
pemandangan disekelilingku dengan perasaan takjub. Bagiku itu tempat yang indah
karena hawanya begitu sejuk, pemandangannya begitu menarik untuk dinikmati.
Bagaimana tidak disebelah timur terdapat hamparan sawah nan hijau, utarannya
kutemukan gunung dengan tanaman-tanaman ubi dan pohon besar lainnya. Salain itu
terdapat gapura besar yang dibawahnya terdengar gemericik air yang mengalir
deras. Aku berdiri dijembatan yang menghubungkan tenda kami dengan gapura
tersebut. Sungguh indah sekali, dibaratnya kudapati danau biru yang luas. Maha
besar Allah yang menciptakan bumi dengan segala keindahannya. Aku terhanyut
oleh pesonanya. Kurasakan ketenangan menyelimuti jiwaku.
Kami meletakkan barang-barang
kemudian mulai mengerjakan sesuatu. Immawan mulai membangun tenda sedangkan
Immawati mulai mempersiapkan menu buat makan malam. Walaupun menunya cukup
sederhana namun kami tetap mensyukurinya karena kami menganggap masih ada yang
sesusah kami keadaannya yaitu orang-orang miskin dan saudara-saudara kita yang
ada di Palestina yang seyogyanya tidak bisa makan enak dan tidur dengan nyenyak.
Kami juga telah terbiasa makan seala kadarnya sebab kami telah dilatih pada
saat DAD ( darul arqam dasar ).
Malam semakin larut kegiatanpun
dimulai. Sebagai kegiatan pembuka kami disuruh menonton film Palestina. Mulanya
aku tidak sedih namun setelah aku menghayati film tersebut aku terkesan
cengeng. Tak kurasa air mataku meleleh dan membasahi pipiku. Sungguh aku hampir
menangis nggak tahu deh apa kata immawan dan Immawati yang lain. Mungkin aku
dibilang cengeng namun aku tak mau ambil pusing “I DON’T CARE” saja tuh. Aku yakin mereka juga pasti merasakan
hal yang sama seperti yang kurasakan. Seusai menonton film tersebut kita masuk pada agenda
yang kedua yaitu forum curhat. Kita disuruh maju satu-satu untuk mengemukakan
komentar mengenai film yang barusan ditonton serta membuat pesan untuk alam.
Immawan maupun Immawati disuruh kedepan termasuk aku.
“Seru sich acaranya,
perjalanan yang mulanya dirasa membosankan namun masuk pada kegiatan inti
Tadabbur alam terasa lain”, itu juga
yang teman-temanku utarakan kepadaku. Dari situ kita dapat mengambil hikmah
kalau kita tidak boleh menyia-nyiakan alam yang telah dianugerahkan Allah
kepada kita. Kita hendaknya selalu mensyukuri rizki yang diberikannya, berbagi
dan peduli terhadap kesusahan orang lain
serta melestarikan alam.
Kegiatanpun usai dan
kitapun disuruh tidur. Sebenarnya sich sudah sedari tadi aku mengantuk namun
karena filmnya seru akhirnya ngantuk yang menderapun hilang. Tepat pukul 03:00
kita dibangunkan untuk mengikuti malam renungan. Banyak hal yang kita dapatkan
seperti nasehat-nasehat mengenai alam, agama, kesadaran untuk memperbaiki diri dan
lain sebagainya. Menjelang subuh kami sholat terlebih dahulu kemudian
bersiap-siap untuk menyediakan menu sarapan pagi. Wah kita jadi belajar menjadi
koki neh tapi nggak apa-apa deh! demi kemaslahatan ummat.
Pagipun menjelang kehidupan malam
telah terganti dengan embun pagi yang membasahi dedaunan dan rerumputan. Hawa udara
persawahan dan pegunungan yang sejuk,
burung-burung bernyanyi serta kupu-kupu indah berwarna-warni terbang
kesana-kamari seakan ikut menyambut mentari pagi diufuk timur. Kami menyempatkan
diri untuk jalan-jalan keliling danau. Kami menikmati indahnya pagi disana
sekalian berphoto-photo untuk kenang-kenangan nantinya. Balik dari situ kita
mengisi waktu dengan bermain teater sembari menunggu jemputan pulang. Seru khan
teman-teman perjalanan anak-anak IMM??. Setelah beberapa lama dinanti mobil
yang kita tunggu-tunggu datang juga kamipun mengemasi barang-barang dan diantar
menuju kampus.
Hum….Akhirnya kita
sampai juga dikos tercinta………
hahaeeeeeee,,,knangan memilukan......
BalasHapussekaligus mengharukan
Hapus