Ia berdiri ditrotoar jalan ini dengan tas jinjing
yang usang
Keringat bercucuran
laksamana air menetes dari pancuran
Ia terdiam penuh harap
Adakah yang mau
menawarkan belas kasihan
Pada sang musafir
kebingungan
Remuk hati membayangkan
setiap dentangan waktu yang terus berlalu
Iapun bertanya pada
angin yang menyapa
Apakah musim akan cepat
berlalu dalam keresahan jiwa yang tak menentu
Nadi terus berdenyut
seolah membesarkan hati
Akan arti ketabahan
Jiwa terus beradu dengan
raga
Teruslah maju walau
kakimu keluh
Merangkak walau kerikil
tajam menghantam
Karena kehidupan tak
semudah yang dibayangkan
Hanya iman penguat jiwa
Ketegaran penguat hati
Dan kepasrahan penunjuk
jiwa
Akan labuhkan hati
dilautan hidayah illahi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar